Sabtu, 21 Juli 2012

Sekedar Renungan Singkat

Nasib Si Tukang Becak “Antara Surga dan Sesuap Nasi”

Kalau boleh dibilang, sungguh kasihan nasib orang-orang yang kurang beruntung dalam hal perekonomiannya. Yah, salah satu contohnya tukang becak, yang saat ini masih ada di beberapa daerah terutama di Jakarta. Mereka harus mengais rezeki dari keringat mereka, panas-panasan atau kehujanan, harus mereka tanggung demi sesuap nasi untuk anak dan istri mereka.

Walaupun saat ini becak masih menjadi idola bagi ibu-ibu atau anak sekolah yang malas berjalan ke rumahnya dari depan kompleks. Tapi apa dikata, ada yang mengelitik hati saya ketika mengupas lebih tajam lagi tentang kehidupan si tukang becak, yang mengoes gayuh becaknya dengan sekuat tenaga demi recehan ribuan untuk memenuhi kantong mereka.

Jika dihitung-hitung, dalam sehari mungkin saja mereka hanya mendapatkan uang Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per harinya. Bahkan bisa saja kurang dari nilai yang diatas, jika si ibu atau anak sekolah pulang dari pasar atau sekolah memakai mobil mewah atau sepeda motor. Ini bisa mengurangi isi recehan kantong mereka, jika penumpang sepi hari itu. Sungguh tragis yah, nasib si tukang becak ?????

Terlebih lagi, jika bulan puasa datang. Mereka harus rela mengayuh becak di saat tubuh sedang berpuasa dari makan dan minum. Sedangkan tenaga mereka datang dari makan dan minum. Jadi, mungkin saja si tukang becak berada dalam status “antara Surga dan Sesuap Nasi”. Dia (Tukang Becak) harus tetap melakukan kewajibannya berpuasa, sedangkan tenaga harus terkuras karena mengayuh becak dengan penumpang yang naik di atas becaknya. Bisa saja dua atau tiga penumpang sekaligus naik di atas becaknya, untuk meraup uang recehan dari penumpang. Inilah yang menjadi fenomena yang harus kita intip, sedikit saja. Melihat susahnya kehidupan si tukang becak untuk menghidupi keluarganya.

Sedangkan kita ? mungkin saja, hanya duduk manis di kantor yang ber-AC. Atau menunggu datang uang bulanan dari atasan atau orang tua kita. Jadi, bisa kah kita memberikan sedikit saja rezeki kita untuk mereka, si tukang becak ? Bila saja, satu orang yang ada di Indonesia memberikan uang recehan Rp 100 rupiah saja untuk mereka orang-orang yang kurang beruntung, maka dikalikan manusia dalam 1 Kabupaten saja bisa membuat orang-orang kurang beruntung itu merasakan hidup enak. Dan membuka usaha dari uang yang diberikan dari orang-orang yang peduli kepadanya. Adakah ide dari pemerintah untuk ini???? Andai saja, Pemerintah Kecamatan atau Kabupaten Bahkan Pemerintah Indonesia mengusulkan masyarakatnya menyumbang paling kecil Rp 100 rupiah atau lebih maka bisa membuat orang-orang kurang mampu menjadi terangkat harkat dan martabatnya. Tidak perlu lagi tidur di kolong jembatan atau di pinggir-pinggir sungai.

Yah, kapankah si orang-orang kaya sadar bahwa ada 2,5 persen harta kekayaan mereka adalah milik orang-orang yang kurang mampu. So, mulailah dari diri kita menyisihkan Rp 1000 saja untuk orang-orang yang kurang beruntung. Mungkin saja, bagi kita Rp 1000 tidak ada artinya. Tapi bagi mereka uang Rp 1000 rupiah bisa saja dihargai Rp 100 ribu. Bisa saja… Karena dengan uang Rp 1000 mereka bisa beli satu ikat kangkung atau bayam. Nah, bisa melanjutkan hidup mereka. Untuk itulah, marilah di awal-awal bulan yang penuh hikmah ini kita mulai menyisihkan uang kita untuk saudara-saudara kita. Jika saya menyisihkan Rp 10 ribu, mungkin anda akan menyisihkan uang Rp 100 ribu bahkan Rp 1 juta untuk si tukang becak dekat rumah anda. Mungkin saja. Wallahualam..salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar